Payakumbuh, SUMATRALINE --- Luhak Limopuluah dan Kampar adalah "badunsanak, tali indak buliah putuh, dahan indak buliah sakah". Mengingat pertalian budaya Minangkabau yang telah berkurun panjang masanya melintas batas administrasi pemerintahan sekarang maka perlu dirajut selalu dan dilestarikan.
Pada Senin (19/4) malam, bertempat di Rumah Dinas Wali Kota Riza Falepi Dt Rajo Kaampek Suku menerima kunjungan ninik mamak dari Kampar untuk Bersilaturahmi bersama. Acara dengan memperhatikan protokol kesehatan ini berlangsung alot bak air mengalir di nan landai.
Rombongan Niniok Rajodubalai yang terdiri dari Monti beliau Jasman Dt Rajo Ampuni, cerdik pandai Syofian Dt Majo sati, pucuk suku Domo Nagoi Pulau Gadang Dasril Dt. Paduko Simarajo, orang tuo Suku Domo Amri Ujar Dt. Kumajo Hakim, serta keluarga si Ompu Niniok Rajodubalai dinanti tuan rumah Wali Kota Riza Falepi bersama Ketua LKAAM Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, Bundo Kanduang, tokoh masyarakat, dan Dinas Pariwisara Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh.
Acara yang digagas Sekretaris Disparpora Doni Saputra itu diawali perkenalan rombongan oleh mamak Datuok Majo Sati. Rangkaian acara setelah itu Curai Papa adat oleh tokoh Luhak Limopuluah sekaligus Mantan Bupati Limapuluh Kota Alis Marajo Dt Sori Marajo, lalu pemaparan Fenomena Kekinian Adat Budaya Kampar oleh Dt Majosati, dan kato sapatah oleh Pengurus LKAAM Limapuluh Kota Dt Karongkong.
Acara diskusi ringan dalam konteks mempererat ADAT SALIMBAGO NAN BADUNSANAK, yang dihadiri langsung oleh Ketua Dewan pakar adat Lembaga Adat Alam Minangkabau Dr.Alis marajo Dt.sori marajo (bupati 50 kota 2 periode), Sekretaris LKAAM 50 kota Dt.Korongkong.
Kunjungan manjalang dunsanak ini menapaki jejak adat menelusuri barih balobeh jo limbago, pucuk adat Andiko 44 Kampar. Menjadi kunjungan pertama kali sejak Niniok Dt. Dirajo Dibalai dinobatkan.
Dikatakan Dt Majo Sati, kunjungan ini dalam rangka menjalin silaturahim badunsanak seatap adat Minangkabau. Luhak Limopuluah dengan Kampar adalah satu tali adat sejak turun temurun berkurun masa. Adalah Niniok nan Barampek bersaudara Dt. Rajo Dibalai, Dt. Bandaro, Dt. Majoindo dan Dt. Siri, empat orang pucuk bersaudara bertali kait namun sekarang berada di dua daerah.
"Batas administrasi pemerintahan seakan telah memisahkan tapi batin selalu tersambung," ujarnya.
Sementara itu, Dt Karongkong mewakili LKAAM Kabupaten Limapuluh Kota menyambut baik dunsanak beliau dari Kampar ini dan sekaligus memberikan gambaran perjalanan yang akan dituju.
"Kita mempunyai sejarah dan tutur bajawek tentang hubungan adat ini. Bajajak bak bakiak baurih bak sipasin, indak curiang dibatu di limbago tapakai juo, tali nan indak buliah putuh dahan indak buliah sakah," tukuknya.
Wali Kota Riza Falepi memaparkan dirinya adalah orang yang tak lama hidup di kampung, besar di rantau, hanya masa kecilnya saat bersekolah berada di kampung, saat ini kembali pulang ke kampung sebagai seorang wali kota.
Menurut pengalaman Riza, sumber peradaban perlu dibangun, bukan sekedar membangun rumah-rumahnya saja karena nanti akan tumbuh sebentar dan bisa hilang dalam sekejap. Tapi, harus dengan dengan sistematis, itulah gunanya kata Riza perlunya universitas dan pusat penelitian adat dan literasi.
Riza mencontohkan Negara Cina dan Korea bisa maju. Ini menjadi pemikiran sekaligus pertanyaan bagi setiap orang, jawabannya setiap negara maju punya kekuatan hati dan mental untuk maju dari akar sejarah kebudayaan mereka.
"Korea dan Cina bisa unggul dari orang lain di bidang industri, mulai dari pertanian, teknologi, dan bahkan kebudayaannya," kata Riza.
Riza memaparkan bagaimana dengan sebuah daerah yang tidak ada sumber daya untuk pertumbuhan ekonomi besar seperti pertambangan? Apa yang bisa dikembangkan?
"Kekayaan budaya membuat kita maju, saat ini konsep itu belum terpakai. Makanya keinginan kita perguruan tinggi berperan sangat penting disini, kolektifitas kita harus ditransformasikan menjadi kekuatan. Jangan hanya urusan adat diurusi orang adat saja, ini akan berbeda bila ada unsur ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan," kata Riza.
Bagaimana membangun itu? Riza menyebutkan ranah Minang sudah punya modal sebenarnya, dimana ajaran Minangkabau dan Agama Islam pemikirannya sama dan sesuai dengan kemajuan zaman. Tidak bertentangan dengan apa yang ada, jika bisa berjalan sesuai dengan koridor yang ada.
"Makanya dengan silaturahmi, harusnya terjalin komunikasi tak hanya sekedar bertemu-bertemu saja. Hal inilah yang sering kita lupa, sedangkan untuk mentransformasikan ini butuh pemimpin yang lebih kuat, tapi bagaimana kita menyatukan pikiran dan energi kita untuk bergerak maju bersama-sama dengan adat budaya kita, identitas kita sebagai orang minang," kata Riza.
Di akhir paparannya, Riza berjanji akan menjaga silaturahmi ini terus-menerus layak satu keluarga dalam adat nan salimbago antara Andiko 44 dengan Luhak Limopuluah.
Informasi lain yang media peroleh, menurut keterangan Dt. Majo Sati, insyaallah setelah lebaran akan diadakan pertemuan besar adat antara Niniok Rajodubalai dengan dunsanak mereka seperti Dt. Siri di Mungka, Dt. Bandaro di Mahat, dan Dt. Majo Indo di Koto Loweh.
0 komentar:
Posting Komentar